Jumat, 31 Agustus 2007

KAJIAN


MATINYA BUDAYA DISKUSI

AKAN MENJADIKAN KITA KOSON ANPA MAKNA”

(Sebuah Motivasi bagi Kaum Intelektual)

Oleh : Junet Haryo Setiawan

   

  • Lemahnya Kuwalitas Mahasiswa

Mahasiswa Sebagai kaum intelektual sudah sewajarnya mampu menunjukkan dirinya sebagai yang terdepan dalam segala sisi kehidupan terutama dalam hal menunjukkan kemampuannya sebagaimana keesaran namanya sebagai sosok akademisi yang namanya perna melegenda di seiring dengan perjalanan bangsa ini. Namun yang terjadi saat ini adalah penurunan secara drastis pada segi kwalitas mahasiswa. Ironisnya kenyataan itu tidak pernah disadari oleh para Dosen sebagai pembimbing dan juga mahasiswa sendiri sebagai subjek.

Kemampuan Reading habbit yang semakin berkurang serta minimnya budaya diskusi telah enjadikan Mahasiswa kurang paham terhadap info-info baru termasuk permasalahan yang menyertainya, sehingga mahasiswa akan mengalami stagnasi pola piker yang seharusnya mengalir sesuai dengan proposinya. Tapi kenyatan yang terjadi tidak ada satupun perbedaan antara mahasiswa Senior dengan maasiswa yang baru saja masuk kampus. Kenyataan ini merupakan presendent buruk bagi mahasiswa yang katanya Insan akademis itu dan juga pihak kampuz terkait karena karena akan memunculkan paradigma buruk pada masyarakat terkait dengan perkaderannya. Kesemuanya ituterjadi sebagai akibat logis dari minimnya pengetahuan mahasiswa dan kesadarannya akan keberadaannya.


Tidak cukup dengan itu, kebobrokan terbesar dapat kita temukan pada Mahasiswa Mulai dari steak holder hinga kepada akar-akarnya yang selama ini tidak dapat mengangkat kembali, mempertahankan atau menunjukkan bahwa dia mampu menciptakan sebuah pembaharuan dan kejayaan tersendiri pada Zamannya. Kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap keberadaannya barangkali masih bisa kita sempurnakan melalui perkaderan kalau memang ada perkaderan, akan tetapi yang lebih parah adalah rasa kebanggaan, kesadaran, semangat serta keingin tahuan mahasiswa terhadap apa-apa yang tersimpan didalanya yang saat ini dapat dikatakan tak ada lagi. Mereka yang berpotensi tak lagi menyadari akan besarnya potensi yang dia miliki termasuk banyaknya kekurangan-kekurangan yang dia miliki, tetapi kebanyakan merasa “Sok pintar” dan tidak mau menutupi kekuranga itu. Hal inilah yang pada akhirnya telah menjadikan Mahasiswa kerdil l, menjadikannya buas tanpa taring, berat tanpa isi serta menjadikannya sebuah mitos yang artinya adalah kebohongan.

Tanpa menyadari posisinya kini-Tanpa keinginan untuk menangkap dan mengembangkan kembali secara kreatif tradisi intelektual yang terwariskan kepadanya, Mahasiswa kini, dan dimasa yang akan datang mungkin hanya tinggal mitos. Dan mitos hanya berarti suatu bentuk kepercayaan berlebihan, tetapi kosong tanpa isi”

Inilah yang perlu menjadi perhatian baru bagi mereka yang mau mengaku bahwa “Aku adalah Mahasiswa” Mahasiswa berada bukan untuk menjadi komparador bagi kaum-kaum berkepentingan, Mahasiswa terlahir bukan untuk menjadi sebuah kebanggaan keberadaanya bukan untuk dinomor duakan daripada kepentingan-kepentingan yang tak mencerminkan idealisme dan independensinya, mahasiswa bukan pula untuk menciptakan sebuah permusuhan. Tetapi MahasiswaI terlahir untuk menjawab persoalan zaman demi tegaknya KEADILAN. Tapi yang terjadi sekarang adalah kebalikan dari itu semua,

Tidak adanya budaya diskusi yang terwariskan turun temurun dari para pendahulunya dan tidak adanya program mengenai hal tersebut telah menjadikan Mahasiswa kosong tanpa makna, telah menjadikannya hancur berkeping-keping bahkan permusuhan diantara kader-kadernya. Padahal kalau kita mau berfikir , sebetulnya tidak ada ilmu Didapat secara Cuma-Cuma atau hanya dengan menghayal saja atau dengan berbangga diri karena keberadaannya ang Maha itu.

Tidak ada orang besar terlahir tanpa diskusi, semua yang besar telahir dari Forum Diskusi, Lafran pane, KH. Ahmad Dahlan,Hasyim Ashari, bahkan Muhammad SAW tidak perna mengabaikan forum diskusi, dan batu yang besarpun tidak akan menjadi besar tanpa adanya diskusi. Karena diskusi maka kebenaran dapat di trasformasikan kepada yang masih salah. Kepandaian bisa ditrasformasikan kepada yang bodoh, pengetahuan dapat ditrasformasikan kepada yang belum tahu. Maka dengan matinya budaya diskusi menandai kemunculan kebodohan dan kesombongan


Dengan hilangnya budaya diskusi maka hilanglah Mahasiswa-mahasiswa militan tapi yang lahir adalah “Mahasiswa-mahasiswa slilitan” yang selalu memperlihatkan gigi dengan mulut terbuka lebar-lebar tanpa ada suara yang bermakna. dan Mahasiswa-mahasiswa “Klilipan” yang merem-melek tanpa wibawa.


Kampuz sebagai habitat untuk menuntut Ilmu dan mengembangkan kreasi dan potensi mahasiswai tidak lagi mencerminkan dari kesemua itu. Banyaknya kejadian semacam permusuhan dan sentiment antar organisasi setidaknya telah menunjukkan bahwa perkaderan di kampus telah mati dan terjadinya pengingkaran terhadap sebuah ilmu penetahuan serta matinya Demokrasi


Semangat maju dan semangat untuk belajar yang setengah-setengah serta motivasi yang tidak terarah telah menjadikan Mahasiswa Curiculum Vitae yang cuma bangga akan pengakuan khalayak bahwa dia adalah Mahasiswa yang konon katnya berjiwa intelektual itu.

Uraian yang panjang diatas itulah sebenarnya yang menjadikan BUMERANG bagi Mahasiswa sendiri dan hal itu pula yang menghilangkan sebuah karakter yang semestinya terbangun dan terwariskan sejak beberapatahun silam ketika Mahasiswa teruji atas keterpanggillannya untuk menjawab sebuah perubahan zaman. Penurunan kwalitas Mahasiswa setidaknya sudah cukup gamblang dijelaskan diatas dengan Demikian jika masih ada sisa-sisa harapan untuk memperbaikinya, maka kita harus berani membalik semuanya itu.


Untuk membalik kesemua itu, maka perlu adanya sebuah wadah dalam upaya penyamaan komitment dan membangun kebersamaan dan wadah tersebut adalah forum diskusi Untuk itulah forum diskusi KOMEK (KOMBINASI MAHASISWA INTELEKTUAL) lahir ditengah-tengah anda untuk menjawab persoalan Mahasiswa demi kemajuan bangsa.























PANCASILA BUKAN UNTUK DIJADIKAN BESAN”

(Upaya menumbuhkan Patriotisme anak Bangsa)

Oleh : Junet Haryo Setiawan

   

Pancasila Sebagai falsafah Bangsa tentu memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya yang tentunya tidak ada pada Ideologi-ideologi lain di dunia ini, hal ini terjadi karena Ideologi yang secara definitive merupakan sebagai sebuah konseb pemikiran yang tersusun sehingga melahirkan sebuah gerakan yang berhadapan langsung dengan realitasnya demi Uzurnya sebuah peradaban. Dari pengertian itulah maka dapat kita tarik perbedaan-perbedaan yang nyata, karena memang antara ideologi yang satu dengan lainnya diciptakan untuk menghadapi realias yang berbeda pula. Meskipun ada kesamaan Objek tentunya juga tidak sama antara Objek satu dengan yang lainnya hal ini disebabkan karena andakna kultur ataupun perbedaan kontur pola pikir antara masing-masing individu yang bersangkutan.


Namun demikian, lain halnya dengan pancasila. Pancasila memang benar-benar diciptakan dan diolah sesuai dengan realitas yang mewakili berbagai kultur ataupun pola/kontur yang begitu banyak yang ada pada bangsa ini. Untuk itulah sebagai Bangsa yang memiliki keistimewaan dengan 5 sila tersebut sudah sewajarnya kita menjadi Bangsa yang kuat, tapi mengapa dalam kenyataannya kita masih tersudut dan diombang-ambingkan oleh persaingan pasar Global dan pertarungan Ideologi bangsa lain yang akan membawa dampak negative bagi kita. Pancasila seakan sudah tidak dapat lagi menjadi filter peradaban bangsa ini tapi malah dijadikan sebagai jalan masuk Budaya/ideologi barat yang sangat bertentangan dengan jati diri bangsa ini. Ironisnya Pemuda dan kaum-kaum terdidik lainnya (mahasiswa) tidak dapat merespon pengaruh tersebut mereka seakan gagap dalam menghadapi perubahan yang tidak mengenal kompromis dan menikam dari berbagai sisi kehidupan.


  • Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan landasan Idiil Negara merupakan fondasi yang kokoh untuk menopang cita-cita Bangsa Indonesia didalam membangun NKRI sebagai Negara hukum yang dilandasi oleh tegaknya kedaulatan rakyat.


  • Pancasila telah mengamanatkan bahwa bangunan hukum dan perangkatnya yang melandasi hukum dan etika Bangsa untuk :


  1. Tidak bertentangan dengan sifat Tuhan yang memiliki kebenaran absolute

  2. Anti terhadap penindasan

  3. Menjamin Persatuan Indonesia

  4. Bertumpu kepada pengembangan sistem musyawarah untuk menghasilkan suatu keputusan dan,

  5. Berorientasi pada tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


  • Pancasila telah menggariskan secara jelas bagaimana sebaiknya kepercayaan dan nilai kemanusiaan yang terbentuk sebagai bangunan moral bangsa, yaitu :


  1. Yang percaya terhadap keabsolutan sifat TUHAN yang Maha Pemurah lagi Maha Penyaang

  2. Memiliki keseiakawanan sosial dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kaum yang lemah.

  3. Tidak menghendaki terjadinya perpecahan Bangsa

  4. Percaya terhadap produk sistem Musyawarah yang akan menghasilkan pemimpin dan bukan penguasa

  5. Selalu berkehendak memberdayakan rakyat didalam seluruh sendi kegiatan berbangsa dan bernegara sebagai bentuk keadilan sosial.

Tidak ada komentar: